Gifted-disinkroni

TENTANG ANAK GIFTED YANG MENGALAMI DISINKRONITAS PERKEMBANGAN - suatu kelompok gifted children - dan bukan merupakan kelompok autisme, ASD, Asperger Syndrome ataupun ADHD - namun anak-anak ini sering mengalami salah terdiagnosa menjadi kelompok anak autisme ringan, ASD, Asperger Syndrom ataupun ADHD

Selasa, Maret 04, 2008

Gifted visual spatial learner mustinya jangan ikut UAN

Gifted visual spatial learner mustinya jangan ikut UAN



Ujian akhir nasional untuk SD, di Belanda disebut Eindtoets basisonderwijs yang berlangsung tanggal 12-13-14 Februari baru lalu. Buatku menunggu hasilnya, rasanya khawatir juga, sebab aku sudah menyadari pasti ia akan mendapatkan total skor jelek, sekalipun anakku dinyatakan oleh pusat keberbakatan Belanda sebagai anak gifted.

Jelek, bukan karena ia underachiever karena motivasi dan ketahanan kerjanya jelek sehingga membuat pekerjaannya sembarangan. Bukan.
Dalam raportnya selalu tercetak laporan: tempo kerja sangat baik, motvasi kerja sangat baik, kinerja sangat baik, hasilnya? Seharusnya dalam rumusan anak gifted: jika IQ nya tinggi, kemampuan analisa tinggi, motivasi tinggi & komitmen menyelesaikan tugasnya juga tinggi, kreatif, tempo cepat….maka harapannya adalah prestasinya luar biasa.
Dalam raportnya sejak kelas satu, ia memang mampu menyabet berbagai angka tinggi, untuk bidang-bidang sains dan matematika, presentasi tugas, tetapi tidak dalam bidang bahasa.

Prestasi kurang memuaskan dalam bidang bahasa, bukan karena ia disleksia, tidak. Hanya satu kelemahannya yaitu pemahaman bahasa (semantik) yang sering mendapatkan angka sedang-sedang saja, bahkan kadang jelek. Sedang dikte (spelling), penggunaan bahasa (pragmatik), mengenal kata dan kalimat (morpologi), penggunaan bahasa mondeling, dan bahasa tulisan, semuanya baik. Tetapi pemahaman bahasa (semantik) kadang kurang memuaskan.

Konon, jika ngoprek lagi buku-buku tentang karakteristik visual spatial learner (bhs Belanda de beelddenkers) maka kelemahannya adalah dalam pemahaman bahasa (kemampuan semantik).
Bisa dijelaskan bahwa, pada kelompok seperti ini mempunyai cognitive style yang berbeda dengan sebagian besar manusia lahir. Anak-anak seperti ini lebih didominasi otak sebelah kanan yang lebih banyak berpikir secara konsep, dan cara berpikir yang gestalt (simultan). Cara penerimaan informasi yang sekuensial (membaca) pada kelompok begini akan lebih panjang, yaitu dari membaca kata2 lalu keseluruhan dalam kalimat, lalu harus dirubahnya dalam bentuk cognitive style nya yang gestalt baru melakukan analisa isi, bisa-bisa ia mengalami keterlepasan prosedur. Otomatisasinya selalu diintervensi oleh kerja otak kanan yang selalu menganalisa setiap informasi yang masuk. Akhirnya apa yang dibacanya mempunyai pengertian sendiri baginya, yang bisa berbeda dengan yang dimaksud pembuat teks.

Kembali kepada ujian akhir anakku. Kemarin kuterima laporannya. Skortotal yang disajikan, waaakss….. jauh lebih rendah sebagai syarat masuk sekolah lanjutan untuk anak-anak normal. Artinya ia harus masuk sekolah kejuruan untuk anak anak lambat. Saran yang diberikan oleh komisi ujian (yg pakai komputer) juga demikian, sekolah yang cocok untuknya adalah sekolah kejuruan dasar (basis beroep onderwijs). Hah?! Kelas ini adalah untuk anak anak dengan IQ borderline dan below. Ho ho ho…

Semalam kuamati skor-skor yang diterimanya dalam kertas laporan hasil ujian. Skor bahasa mencapai hanya 14 persentil saja…sedang matematika di persentil paling tinggi, menyusul hampir sama tinggi sains, dan pengetahuan umum. Hehehehe…. Seorang anak yang jagoan dalam computer, presentasi, jago matematika, harus masuk sekolah kejuruan dasar gara-gara jatuh dalam mata ujian bahasa.

“Niet telt het…niet telt het…” begitu teriak anakku, mengikuti kata gurunya. Jelas, jangan diperlakukan begini, ujian akhir untuk anak-anak dengan kemampuan khusus tidak bisa menggunakan ujian akhir nasional. Karena ujian akhir nasional menggunakan kerangka anak normal. Buat anak berkekhususan begini ya dia bisa keok…

Aku harus kembali mengumpulkan semua berkas-berkasnya, kembali menghubungi pusat keberbakatan untuk mendapatkan “penjelasan hitam di atas putih” bahwa ia berada di jalur yang lain, sebagaimana anjuran dari pihak sekolahnya, yaitu kelas khusus untuk anak gifted, yaitu gymnasium/atenium.

Buatku sungguh suatu pengalaman yang luar biasa, yang mungkin jarang dipunyai orang lain. Gifted visual spatial learner, memang selayaknya gak perlu ikut ujian akhir nasional, ia harus diperhitungkan berdasarkan kompetensinya, bukan skor total rata-rata. Disinkronitasnya memerlukan kehati-hatian yang dalam. Masa depannya berada di tangan orang tua dan guru. Salah-salah ia bisa masuk kelas lambat, sekolah kejuruan dasar…. Melipat-lipat lumpia seumur hidupnya…ah!

Tentang Eindtoets bisa dilihat disini

....