Komentar seorang psikiater
Komentar seorang psikiater
Saat tanggal 3 Maret 2007, komunitas anakberbakat@yahoogroups.com bersama Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas mengadakan seminar tentang Deteksi Dini gifted Children, hal ini dimaksudkan demi pengasuhan dan pendidikan anak-anak gifted yang saat masih balitanya sulit dilakukan tes IQ, selain masih terlalu kecil dan tengah berkembang, banyak diantaranya yang terlambat bicara. Kondisi tumbuh kembang dan personalitas anak-anak gifted yang masih belum dikenal, memungkinkan anak-anak ini terjerat dalam berbagai diagnosa yang tidak menguntungkan tumbuh kembangnya.
Artikelku saat seminar ada dalam URL ini : klik disini. Lalu Majalah Gatra membuat laporannya bisa baca di dalam laporan ini . Dalam laporan Gatra ditayangkan dongeng tentang Amanda putri Mbak Hanni Armansyah yang mempunyai keluar biasaan tetapi juga mempunyai kesulitan. Di bawah ini cuplikan yang kuambil dari laporan gatra tanggal 12-18 April, tentang komentar dari seorang psikiater yang terkenal. Bagaimana komentar anda?
…………..Dokter Maria menyebut beberapa alasan kenapa salah diagnosis masih terjadi. Dari segi faktor internal, para pakar anak gifted lebih memfokuskan pada aspek intelektual dan akademik. Masalah kepribadian si anak jarang dilihat. Faktor lain adalah minimnya pendidikan yang sesuai dengan anak-anak berbakat yang punya toleransi terhadap kepribadian aneh si anak.
Kerancuan semacam itu kerap terjadi. Tetapi dokter Maria mahfum, “mengingat sejauh ini belum ada pedoman pembanding antara anak berbakat dan anak autis”, katanya. Dokter Maria membagi kepribadian anak dalam tiga kategori. Yakni anak normal, anak gifted, dan anak disinkronitas.
Sedang Dokter Dwijo Saputro, psikiater anak yang berpraktek di Rumah Sakit Siloam-dahulu Rumah Sakit Graha Medika-Jakarta Barat, hanya menyebut dua kategori anak. Yaitu anak normal dan anak disinkronitas. Ada lima macam disinkronitas, yaitu gangguan perkembangan, gangguan perilaku, gangguan emosi, gangguan yang berakibat pada fisik, dan gangguan lain yang sama dengan kategori pada orang dewasa”.
Autisme termasuk dalam kasus disinkronitas,”kata Dokter Dwijo, yang juga pendiri sekolah Smart Kids. Begitu pula ADHD, gangguan emosi, fisik, dan perilaku tergolong dalam kategori itu. Gangguan emosi bisa berupa cemas atau fobia. Gangguan pada fisik misalnya gangguan makan dan gangguan lain yang sama dengan kategori pada dewasa, seperti depresi atau homoseks.
Adapun anak gifted, menurut dokter Dwijo, merupakan varian dari dua kategori itu. Tidak bisa dicocokkan bahwa semua anak gifted pasti disinkronitas atau sebaliknya. Pada kasus gifted, perkembangan kognitifnya sangat laju sehingga menghambat perkembangan emosi.
“Anak gifted, ya gifted. Apabila ada yang mengalami keterlambatan, bukan hal yang perlu dibesar-besarkan,”kata Dokter Dwijo. “Jangankan anak gifted, anak normal yang aneh juga banyak,”Dokter Dwijo menegaskan.
Ia menenggarai, istilah gifted muncul lantaran ada orang tua yang tidak rela anaknya dikategorikan sebagai autis atau ADHD. Sehingga dicarilah istilah lain. Seharusnya orang tua menyadari bahwa anaknya punya kekurangan. Pengakuan itu penting karena merupakan kesadaran awal terapi apa yang akan dilakukan pada anaknya.”
<< Beranda