Gifted-disinkroni

TENTANG ANAK GIFTED YANG MENGALAMI DISINKRONITAS PERKEMBANGAN - suatu kelompok gifted children - dan bukan merupakan kelompok autisme, ASD, Asperger Syndrome ataupun ADHD - namun anak-anak ini sering mengalami salah terdiagnosa menjadi kelompok anak autisme ringan, ASD, Asperger Syndrom ataupun ADHD

Minggu, Januari 13, 2008

MENGENAL GIFTED VISUAL SPATIAL LEARNER

MENGENAL GIFTED VISUAL SPATIAL LEARNER
Julia Maria van Tiel
Kelompok Diskusi Orang Tua Anak Berbakat
anakberbakat@yahoogroups.com
j.v.tiel@hetnet.nl


Gifted visual spatial learner ini banyak dibicarakan oleh Linda Kregger Silverman. Sedang berbagai penulis lain sering menggunakan istilah visual learner. Visual learning adalah cara berpikir secara visual (bayangan/gambaran) pada berbagai kejadian. Para penyandang visual learning memakna berbagai kejadian alam bukan melalui perangkat kata-kata. Ia melihat berbagai kejadian di kepalanya, yang secara bersamaan muncul seolah olah di depan matanya, segera kesemuanya diprosesnya yang pada akhirnya dengan cepat memberikan informasi baru secara menyeluruh yang penuh dengan pengertian baru. Kejadian ini merupakan kejadian berpikir yang simultan dan non-verbal yang dimanipulasi melalui perwujudan kemampuan pandang ruang.

Kelompok visual learner ini merupakan kelompok kecil, diperkirakan berjumlah sekitar 25 persen (dengan berbagai kualitasnya) dari jumlah populasi yang lahir. Mereka berkemampuan dimensi, dan berpikir tanpa kata-kata. Dengan begitu cara berpikir ini tidak tahap pertahap tetapi secara simultan dan global, tanpa ia kehilangan makna detilnya. Selain cara berpikirnya berupa makna pengertian yang saling berhubungan, seringkali juga diwarnai dengan emosi. Bahasanyalah yang seharusnya pertama-tama menggantikan berpikir visualnya agar ia mampu berkomunikasi dengan orang lain. Artinya ia harus mencari kata-kata yang tepat, tetapi hal ini bisa menyita waktu yang banyak.

Kemampuan visual learning adalah kemampuan yang menyulitkan, karena hal ini juga menghasilkan kemampuan kreativitas, dan bakatnya dalam kemampuan pandang ruang, musik, seni (melukis dan seni patung), tetapi juga memungkinkan risiko disleksia, gangguan perkembangan bahasa dan bicara, dan gangguan kemampuan berhitung hapalan. Kebanyakan kondisi ini akan sangat bermasalah saat berada di sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama.

Anak penyandang visual learning melakukan pemrosesan informasi adalah dengan caranya sendiri. Caranya sering berbeda dengan apa yang diajarkan oleh guru di sekolah, karena itu banyak dari anak-anak ini mengalami kesulitan menempuh pelajaran di sekolah konvensional yang memberikan pelajaran yang sebetulnya tidak cocok untuk anak-anak visual learner. Karenanya ia perlu mendapat perhatian pelajaran apa saja yang menurutnya sulit dan pelajaran apa saja yang menurutnya mudah, agar ia dapat dibantu menggunakan cara-cara pemrosesan informasi yang dipunyainya. Maksudnya, banyak pelajaran yang membutuhkan kemampuan hapalan, namun hal ini baginya akan sangat menyulitkan, karenanya ia perlu diajak belajar mengenal dan mengingat berbagai hal dengan cara memanfaatkan keunggulannya berkemampuan visual dan analistis. Jadi pemberian metoda pembelajaran baginya membutuhkan metoda yang berbeda dengan anak-anak lainnya, dimana anak-anak lain akan sangat mudah belajar dengan cara menghapal.
Dari pengalaman para orang tua yang mempunyai anak-anak visual learner, melaporkan bahwa umumnya anak-anak ini sangat menyukai pelajaran geografi, terutama peta-peta, matematika, dan tergila-gila dengan komputer, tetapi tidak untuk pelajaran bahasa dan berhitung hapalan. Banyak yang bercerita, bahwa begitu pandainya ia akan pelajaran geografi, topografi, dan sangat menyukai peta, anak-anak ini sangat menyukai menjadi co-pilot jika sedang melakukan perjalanan dengan mobil.
Baca selanjutnya di:

....