Gangguan motorik halus itu bukan Learning Disabilities
Gangguan motorik halus itu bukan learning disabilities
Sudah dua kali saat keliling Indonesia tahun lalu, ketemu ada anak gifted yang motorik halusnya lemah lalu tak mau menulis, dinyatakan sebagai Learning Disabilities…. Hayaaaa… Lalu dilatih-latih menulis seperti anak disleksia (Learning Disabilities gangguan membaca)…. Hayaaa lagi…..
Dua kesalahan di atas sudah membuat si anak tak mau menulis…. Lebih hayaa lagi…
Lalu anaknya dapat rapot jelek…. Waaahhh…lebih lebih hayaaaaaa lagi…..
Gangguan motorik halus itu bukan gangguan belajar primer yang biasa disebut sebagai Learning disabilities.
Gangguan belajar primer atau learning disabilities terdiri dari gangguan membaca (disleksia), gangguan menulis (disgrafia), dan gangguan berhitung (diskalkulia).
Tetapi akar gangguannya sama, yaitu adanya gangguan pemrosesan informasi yang masuk di otak dari organ indera mata dan telinga.
Mata dan telinganya sendiri baik, tapi informasi yang masuk ke otak – berupa pemrosesan symbol bunyian diubah menjadi symbol huruf dan angka yang kacau balau. Akibatnya anaknya tidak dapat menulis misalnya dalam dikte.
Atau sebaliknya jika seorang anak melihat huruf di buku, ia tak mampu otomatis merubah info itu dari huruf ke bunyian, jadi anaknya tidak bisa membaca dengan baik. Ia kesulitan.
Jika anak normal mendengar bunyian aaaaa.... yang diucapkan guru, otomatis bunyian ini diproses oleh otak menjadi simbol huruf a. Sebaliknya, jika seorang anak melihat huruf a...otomatis di otaknya juga mengganti simbol ini menjadi bunyian a yang otomatis bisa disalurkan ke otot mulut untuk disuarakan menjadi a ....
Begitu juga saat membaca.
Tetapi anak-anak ini mengalami kesulitan, gak bisa otomatis. Namanya gangguan pemrosesan informasi. Letak gangguannya berada di otak.
Rumusannya gampang:
Mata (visual) --> bunyian
Atau
Bunyian --> symbol visual
Symbol visual disebut GRAFEM
Symbol bunyian disebut FONEM
Jadi yang terganggu pemrosesan dari
Grafem ---> Fonem
Fonem ---> Grafem
Ada pula yang mengalami gangguan visual, jika menulis huruf terbalik-balik, atau tidak melihat ada huruf yang dua biji berjejeran misalnya tulisan ditegakkan …huruf k kan dua kan, dia hanya melihat satu. Atau keliru membaca suatu kata, misalnya kelapa dibaca kepala…
Begitu juga saat mendengar bunyian, p dengan f dengan v… ketuker terus.
Orang Sunda yang secara kultur/kebiasaan suka merubah huruf, f jadi ep…misalnya rauf dibaca raup…. Itu bukan disleksia, tapi salah ajarannya. … (sorry bagi orang Sunda).
Huruf “i” dibaca “e” seperti misalnya Indonesia dibaca Endonesia, miring dibaca mereng … itu juga kebiasaan salah ajarannya. Bukan salah otaknya.
Gangguan motorik halus, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, terlambat bicara ---> bukan juga Learning Disabilities. Memang membuat kesulitan belajar dan memperparah kondisi Learning Disabiloties itu sendiri, tapi bukan Learning Disabilities.
Sekali lagi, gangguan belajar (Learning Disabilities) adalah gangguan di otak dan genetic. Gangguannya berada di kromosom.
Jadi harus dipisahkan antara gangguan belajar (Learning Disabilities) dengan kondisi kesulitan belajar seperti ADHD, Austisme, gangguan motorik, terlambat bicara….
Kondisi gangguan belajar (Learning Disabilities) adalah ekslusif bukan disebabkan karena gangguan-gangguan lain dan tidak menyebabkan gangguan2 lain.
Kalau ada anak gak bisa baca bukan berarti disleksia
Kalau ada anak gak bisa nulis bukan berarti disgrafia.
Kalau ada anak gak bisa berhitung bukan berarti diskalkulia
Tapi periksa dulu:
- barangkali pendidikannya kurang baik
- barangkali lingkungan gak mendukung
- barangkali salah belajarnya
- barangkali motivasinya rendah buat belajar
- barangkali gangguan2 lain yang menyulitkan
- barangkali memang kurang matang belum siap belajar
<< Beranda