TERLAMBAT BICARA DIANJURKAN SENSORY INTEGRATION THERAPY ?
Banyak sudah yang syering pengalaman dengan anak-anaknya yang mendapatkan diagnosa gangguan perkembangan bahasa ekspresif, anjurannya adalah sensory integration therapy, dengan anjuran tambahan jangan ke sekolah dulu, dan tidak perlu terapi bicara sebab dengan sensory integration therapy ia akan dengan sendirinya bicara.
Nah…nah…
Seharusnya kita lebih kritis terhadap anjuran seperti ini. Kita perlu kritis, karena yang diterapi adalah anak kita, dan yang untuk membayar adalah uang kita, dan satu hal yang sangat penting, bahwa yang kita harapkan dengan membawanya ke tempat terapi adalah karena kita mempunyai harapan anak kita akan lebih baik.
Banyak yang melaporkan sudah diterapi satu tahun (padahal awalnya dikatakan bahwa hanya memberikan terapi 3 bulan sudah dapat bicara), tetapi belum juga bicara.
Apa itu Sensory Integration Therapy (SIT)?
Pencetus ide SIT adalah Jean Ayers seorang psikolog yang mempunyai lisensi untuk memberikan terapi okupasi. Teori yang diajukan adalah, bahwa seorang anak yang mempunyai gangguan integrasi sensorik (SID) akan mengakibatkan berbagai gangguan, perilaku, emosi, bicara dan kognitif…. Dengan begitu terapi yang ditawarkan adalah SIT.
Namun,
Kita harus memahami, bahwa anak dengan gangguan perkembangan bicara ekspresif adalah anak yang mempunyai emosi yang baik, mempunyai kemampuan reseptif yang baik, mempunyai perkembangan motorik yang baik, dan mempunyai kemampuan vestibular (keseimbangan) serta proprioceptik (kesadaran kita akan posisi tubuh).
Tapi terapi SI menyajikan terapi segala macam ganguan sensor (raba, lihat, dengar, kecap, penciuman) termasuk terapi okupasi (motorik). Diantara terapi SI juga terdapat terapi motorik untuk meningkatkan kemampuan vestibular dan proprioseptik.
Para orang tua hendaknya bisa melihat, perkembangan apa yang kurang pada anaknya – dan bisa menimbang-nimbang terapi apa yang dibutuhkan.
Lagipula: gangguan perkembangan bicara ekspresif (terlambat bicara atau istilah lainnya pure dysphatic development – murni gangguan perkembangan bicara) penyebabnya adalah genetic, bukan gangguan sensorik….. Ia tetap membutuhkan bantuan kita untuk menstimulasi perkembangan bahasa dan bicaranya mulai dari masa-masa preverbalnya, hingga masa verbalnya. Terus menerus hingga ia dapat berfungsi dengan baik, baik di sekolah maupun di tengah masyarakat.
Gangguan perkembangan sensorik adalah gangguan yang menyertai berbagai bentuk-bentuk gangguan perkembangan….. Para penyandang autisme, autisme, LD (Learning Disabilities), keterlambatan bicara, maupun anak-anak mental retarded akan mengalami juga gangguan sensorik, yang memang perlu perhatian dan penanganan. Akibat gangguannya itu, ia perlu dibantu dalam proses tumbuh kembangnya. Ia perlu diperkenalkan bagaimana sensorik bekerja, dan bersama-sama mencari upaya agar ia dapat beradaptasi dengan gangguannya itu.
Jangan dibalik menjadi bahwa gangguan sensorik menyebabkan gangguan perkembangan (bicara, perilaku, sosial, kognitif, autisme, ADHD, learning disabilities dlsb), lalu gangguan sensoriknya diterapi agar ia sembuh dari gangguan perkembangannyanya itu.
Tapi pemutar balikan seperti ini sudah meluas di Indonesia. Sehingga para orang tua mati-matian mengikutsertakannya pada terapi SI dengan harapan, anaknya bisa "disembuhkan". Padahal terapi yang diikuti, tidak tepat sasaran.
Hingga saat ini tidak ada terapi emas bagi anak bergangguan perkembangan, karena gangguan perkembangan pada umumnya adalah atas pengaruh genetik.
Mengapa SID suatu diagnose dubious, dan mengapa SIT tidak bisa dipercaya?
http://www.quackwatch.org/01QuackeryRelatedTopics/sid.html
<< Beranda