Terlambat bicara dan Learning Disabilities
Terlambat bicara dan Learning Disabilities
Sebuah buku yang menjadi pegangan pendidikan guru dan ilmu kependidikan, Leerstoornissen –diagnostiek an behandeling (Gangguan belajar, diagnosa dan penanganannya) yang ditulis oleh JJ Dumont(1994) banyak sekali menjelaskan apa dan bagaimana seorang anak yang mengalami Learning Disabilities.
Buku yang terdiri dari dua bagian ini, menurutku buku yang luar biasa detail penjelasannya. Dumont menjelaskan bukan saja dari gejala dalam pendidikan, berupa masalah di sekolah, tetapi juga gejala yang ditampilkan dalam berbagai tespsikologi, neurologi, patologi wicara, dan kependidikan itu sendiri.Sekalipun buku terbaru yang ditulis seorang neoropsikolog dari Universitas Mastricht, Dyslexie in Nederland (2005) juga sangat tajam dan dalam, namun penjelasan latar belakang teoritisnya lebih detildalam buku yang ditulis oleh JJ Dumont.Satu hal yang sangat menarik, yaitu sajian telaah hasil penelitianyang disampaikannya tentang, berapa persen anak LD disleksia yang awalnya mengalami terlambat bicara, luar biasa. Konon, lebih dari setengah penyandang disleksia diawali dari masalah keterlambatan bicara. Mengapa begitu? Karena disleksia ada kaitannya dengan perkembangan fonologis atau phonic and phonemic awarness, yaitu kesadaran seorang anak akan makna bunyian (fonem) yang diucapkan orang, bahwa bunyian itu bisa disimbolkan dalam bentuk huruf ,sehingga jika huruf disusun akan menjadi bunyian baru dalam bentuk kata. Kelak saat ia sudah mulai belajar menulis, ia juga mampumerubah symbol bunyian itu dalam bentuk tulisan (disebut grafem).
Nah asosiasi fonem-grafem dan grafem-fonem inilah yang kemudian mendasari kemampuan anak dalam baca-tulis-mengeja, dan berhitung.Gangguan di area ini yang kemudian dapat menyebabkan seorang anak mengalami gangguan itu.Karena itu sejak dua tahun lalu, ada ketentuan baru dari pemerintah Belanda dalam bidang kesehatan, yaitu anak di usia dua tahun harus mendapatkan skrining bahasa dan bicara. Bila ternyata mempunyai masalah dalam perkembangan, ia akan mendapatkan "bendera merah"artinya harus mendapatkan perhatian. Sambil distimulasi oleh ibunya,perkembangannya ditunggu hingga tiga tahun. Jika di usianya yangketiga anak ini belum mampu mengejar ketertinggalannya, maka ia perlumendapatkan intervensi yang dilakukan di day care khusus untuk ini.
Dari hasil penelitian terakhir, taun 2006-2007, menunjukkan bahwasekitar 5 persen anak mengalami ketertinggalan perkembangan bahasadan bicara. Murni, bukan disebabkan karena tuli, bisu, ataupunmasalah gangguan bahasa reseptif-ekspresif sebagaimana autisme. Namun dari 5 persen tersebut belum dilaporkan berapa persen yang mengalami LD.Nah, JJ Dumont menjelaskan bahwa anak-anak usia sekitar 4-5 tahun biasanya sudah mempunyai kesadaran phonic & phonemic tadi, karena diasudah biasa mendengar orang berkata-kata, mengucapkannya kembali.Juga yang paling penting anak-anak itu mampu mendiskriminasi suara:a – aa – aaa – aaaa ….. i – ii – iii – iiii ……o – oo – oo ….dans eterusnya. Kemudian semakin kompleks dengan banyak bunyian plusberbagai huruf… Ia juga mulai mengenal jika ucapan "ibu" harusdimulai dengan bunyian: i …. Lama-lama ia mengenal vocal dankonsonan…alphabet, kata-kata, akhirnya kalimat.
Tetapi pada anak-anak yang terlambat bicara ini, fase-fase penting ini tidak dilalui pada usia yang tepat, pada akhirnya ia dapat mengalami ketertinggalan bahkan kesulitan, bahkan mengalami LD.
Adakah semua anak terlambat bicara akan mengalami LD?
Jawabannya tidak, hasil penelitian Judith Reuver dan Willy Peters tahun 2004,menunjukkan belum tentu mereka akan mengalami LD.Tapi anak terlambat bicara yang mana?Siang tadi kucari-cari jawabannya di Perpustakaan Inholland Uni, dibagian buku2 untuk sekolah kependidikan dan keguruan. Dari InhollandUni Alkmaar sampai Inholland Haarlem. . Haaa…..akhirnya ketemu. Adapenjelasannya dalam sebuah buku berjudul Social Onhandig yang ditulisberamai-ramai oleh L van der Veen-Mulders dan kawan-kawan (2001).Sementara itu dalam buku2 yang ditulis Dumont yang lain seperti Dyslexie (1998) juga menyebutkan hal yang sama. Anak-anak terlambatbicara yang pasti akan mengalami LD adalah terlambat bicara karenagangguan berbahasa reseptif-ekspresif (pada autisme). Karena kemampuan reseptifnya yang lemah itu akan menyebabkannya kesulitanmenerima pembelajaran, kesulitan mendiskriminasi suara, bahkan jugamengalami gangguan dalam otomatisasi simbol saat harus melihat hurufdan angka.
Tapi mengapa masih ada anak-anak yang mengalami gangguan berbahasa ekspresif saja (misalnya anak-anak gifted visual spatial learner)tetapi toch juga ada (gak semua lho ya) mengalami LD?Nah penjelasannya ada dalam buku Dysphatic Ontwikkeling dari XavierTan & Nyiokiktjien (2004) – tentang anak-anak terlambat bicara yang murni karena perkembangan, sebetulnya gangguannya gak akanmenyebabkan gangguan disleksia (LD) tapi toch bisa saja terjadi jikasaja ternyata ia mengalami gangguan ikutan (mengalami komorbiditas)pada kemampuan pencandraan auditif dan atau diikuti dengan gangguan pencandaraan visual yang menyebabkan melihat huruf bisa terbalik-balik.Sekalipun para peneliti sudah ngubrek ngubrek menyoal LD ini, tetapi toch penjelasan mekanisme yang terjadi di otak juga masih belum bisa dijelaskan. Begitu kompleks dan beragamnya kondisi LD itu sendiri,dan yang ikutan main banyak faktor, terutama berbagai faktor perkembangan pemrosesan informasi yang masuk di dalam otak.
Yang jelas dari beberapa penelitian yang sudah direplika dimana-mana, menunjukkan bahwa,korelasinya luar biasa tinggi sampai 90-an persen pada anak kembaridentik. Jika salah satu anak kembar identik itu mengalami LD, maka satunya bisa dipastikan juga mengalami LD. Karena itu dapat dikatakan bahwa: LD adalah suatu kondisi yang diturunkan, dan merupakan gangguan neurologis. Jangan salah, jangan bilang karena keracunan, alergi makanan, gangguan nutrisi, gara-gara hamil kurangdirangsang, gara-gara vaksin, gara-gara keracunan mercury, gara-gara kurang oksigen saat dilahirkan, gara-gara penyakit diderita ibu hamil, gara-gara si embak yang ngasuh kurang intervensi.....…uah segambreng lagi dongengnya… Ia gangguan neurologis, dus gangguannya berada di otak, bukan dalam organ sensoriknya. Jadi jangan mengharap akan mengalami "penyembuhan" kalau kedapatan seorang anak mengalami gangguan belajar (LD) lalu diterapi senso-motor, sensori integrasi, brain gym, Doman Delacato yang kini semakin heboh itu.... Begitu juga Piracetam dan food supplemen, serta megadosis vitamin. Yang dapat kita lakukan adalah, memberinya siasat agar ia mampu menyandang gangguannya itu, memberinya toleransi dan kompensasi.