Gifted-disinkroni

TENTANG ANAK GIFTED YANG MENGALAMI DISINKRONITAS PERKEMBANGAN - suatu kelompok gifted children - dan bukan merupakan kelompok autisme, ASD, Asperger Syndrome ataupun ADHD - namun anak-anak ini sering mengalami salah terdiagnosa menjadi kelompok anak autisme ringan, ASD, Asperger Syndrom ataupun ADHD

Minggu, September 28, 2008

Diagnosa psikiater saja, masih belum cukup

Diagnosa psikiater saja masih belum cukup




Jika kita mempunyai anak yang mengalami penyimpangan perilaku, lalu masuk ke ruang psikiater dan menerima diagnosa dan secaik resep, maka tahapan ini barulah tahap pertama. Hanya diagnosa psikiater dan secarik resep saja, masih belum cukup agar kita bisa mengasuh anak kita, dan guru mendidiknya.

Kita masih harus melihat bagaimana perkembangan anak kita, faktor apa saja yang menghambat perkembangannya (emosi, sosial, psikologis non kognitif, dan faktor perkembangan kognitif itu sendiri). Artinya kita juga masih harus pergi ke psikolog perkembangan.

Tapi ini juga belum cukup, kita harus punya diskripsi anak secara individu yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan pendidikan individualnya. Artinya kita harus pergi ke seorang orthopedagog yang akan mengumpulkan semua hasil pemeriksaan profesi lain, dan membuat diagnosa baru, yaitu diagnosa psikologi-didaktik.

Hal hal seperti ini nampaknya di negara kita Indonesia masih belum dipahami secara meluas oleh kalangan orang tua.
Jika ada orang tua menerima diagnose dari psikiater, yang kepikiran hanya dimana tempat terapi supaya anaknya dapat menjadi normal. Padahal jika gangguannya neurologis dan genetic, kita akan mengalami kesulitan menyembuhkan anak tersebut, kecuali Tuhan. Artinya yang dapat kita lakukan adalah:

· Dalam memberikan intervensi pada anak harus berdasarkan hasil pengamatan, bukan berdasarkan teori.
· Kolaborasi berbagai pihak (orang tua, sekolah, profesional) adalah hal yang sangat penting.
· Kemampuan adaptasi anak harus dipelajarkan melalui kemampuan-kemampuan baru dan sesuai lingkungannya.
· Pemberian terapi pada anak haruslah individual dengan pendekatan pengamatan menyeluruh.
· Prioritaskan pendekatan peningkatan kemampuan akademik dan perilaku (pendekatan psikologi-pedagogi).
· Penerimaan kondisi kekurangan dan kelebihannya.
· Pendekatan penanganan perlu menyeluruh.
· Pembelajaran seumur hidup, ketrampilan hidup, dan pendekatan bermasayarakat.

....


 

 

Rabu, September 17, 2008

TERLAMBAT BICARA DIANJURKAN SENSORY INTEGRATION THERAPY ?

Banyak sudah yang syering pengalaman dengan anak-anaknya yang mendapatkan diagnosa gangguan perkembangan bahasa ekspresif, anjurannya adalah sensory integration therapy, dengan anjuran tambahan jangan ke sekolah dulu, dan tidak perlu terapi bicara sebab dengan sensory integration therapy ia akan dengan sendirinya bicara.

Nah…nah…
Seharusnya kita lebih kritis terhadap anjuran seperti ini. Kita perlu kritis, karena yang diterapi adalah anak kita, dan yang untuk membayar adalah uang kita, dan satu hal yang sangat penting, bahwa yang kita harapkan dengan membawanya ke tempat terapi adalah karena kita mempunyai harapan anak kita akan lebih baik.

Banyak yang melaporkan sudah diterapi satu tahun (padahal awalnya dikatakan bahwa hanya memberikan terapi 3 bulan sudah dapat bicara), tetapi belum juga bicara.

Apa itu Sensory Integration Therapy (SIT)?

Pencetus ide SIT adalah Jean Ayers seorang psikolog yang mempunyai lisensi untuk memberikan terapi okupasi. Teori yang diajukan adalah, bahwa seorang anak yang mempunyai gangguan integrasi sensorik (SID) akan mengakibatkan berbagai gangguan, perilaku, emosi, bicara dan kognitif…. Dengan begitu terapi yang ditawarkan adalah SIT.

Namun,
Kita harus memahami, bahwa anak dengan gangguan perkembangan bicara ekspresif adalah anak yang mempunyai emosi yang baik, mempunyai kemampuan reseptif yang baik, mempunyai perkembangan motorik yang baik, dan mempunyai kemampuan vestibular (keseimbangan) serta proprioceptik (kesadaran kita akan posisi tubuh).

Tapi terapi SI menyajikan terapi segala macam ganguan sensor (raba, lihat, dengar, kecap, penciuman) termasuk terapi okupasi (motorik). Diantara terapi SI juga terdapat terapi motorik untuk meningkatkan kemampuan vestibular dan proprioseptik.
Para orang tua hendaknya bisa melihat, perkembangan apa yang kurang pada anaknya – dan bisa menimbang-nimbang terapi apa yang dibutuhkan.

Lagipula: gangguan perkembangan bicara ekspresif (terlambat bicara atau istilah lainnya pure dysphatic development – murni gangguan perkembangan bicara) penyebabnya adalah genetic, bukan gangguan sensorik….. Ia tetap membutuhkan bantuan kita untuk menstimulasi perkembangan bahasa dan bicaranya mulai dari masa-masa preverbalnya, hingga masa verbalnya. Terus menerus hingga ia dapat berfungsi dengan baik, baik di sekolah maupun di tengah masyarakat.

Gangguan perkembangan sensorik adalah gangguan yang menyertai berbagai bentuk-bentuk gangguan perkembangan….. Para penyandang autisme, autisme, LD (Learning Disabilities), keterlambatan bicara, maupun anak-anak mental retarded akan mengalami juga gangguan sensorik, yang memang perlu perhatian dan penanganan. Akibat gangguannya itu, ia perlu dibantu dalam proses tumbuh kembangnya. Ia perlu diperkenalkan bagaimana sensorik bekerja, dan bersama-sama mencari upaya agar ia dapat beradaptasi dengan gangguannya itu.


Jangan dibalik menjadi bahwa gangguan sensorik menyebabkan gangguan perkembangan (bicara, perilaku, sosial, kognitif, autisme, ADHD, learning disabilities dlsb), lalu gangguan sensoriknya diterapi agar ia sembuh dari gangguan perkembangannyanya itu.

Tapi pemutar balikan seperti ini sudah meluas di Indonesia. Sehingga para orang tua mati-matian mengikutsertakannya pada terapi SI dengan harapan, anaknya bisa "disembuhkan". Padahal terapi yang diikuti, tidak tepat sasaran.

Hingga saat ini tidak ada terapi emas bagi anak bergangguan perkembangan, karena gangguan perkembangan pada umumnya adalah atas pengaruh genetik.


Mengapa SID suatu diagnose dubious, dan mengapa SIT tidak bisa dipercaya?
http://www.quackwatch.org/01QuackeryRelatedTopics/sid.html

....


 

 

Rabu, September 03, 2008

ASPERGER SYNDOM itu BEDA dengan Gifted Child

ASPERGER SINDROM itu BEDA dengan Gifted Child



Banyak yang melaporkan pada saya, bahwa anaknya yang semula terlambat bicara lalu berkembang menjadi anak pandai diagnosanya menjadi Asperger Syndrom…


Eit… nanti dulu, coba perhatikan kriteria asperger syndrome dalam DSM IV, asperger syndrome tidak terlambat bicara. ....more


....