Gifted-disinkroni

TENTANG ANAK GIFTED YANG MENGALAMI DISINKRONITAS PERKEMBANGAN - suatu kelompok gifted children - dan bukan merupakan kelompok autisme, ASD, Asperger Syndrome ataupun ADHD - namun anak-anak ini sering mengalami salah terdiagnosa menjadi kelompok anak autisme ringan, ASD, Asperger Syndrom ataupun ADHD

Sabtu, Oktober 25, 2008

Hasil tes IQ: lamban belajar (tapi termasuk 10 besar matematika)

Hasil tes IQ : Lamban belajar (tapi termasuk 10 besar matematika)


Seorang Ibu mengirim SMS yang menceritakan bahwa buah hatinya (10 tahun) yang terlambat perkembangan bicara itu sudah di lakukan tes IQ. Hasilnya: IQ 80 (lamban belajar).
Tapi anaknya sebetulnya termasuk 10 besar matematika di sekolahnya. Hoe zo…. Ada yang punya prestasi matematika kok disimpulkan oleh
sang psikolog lamban belajar?

Jelas ini yang lamban belajar ya psikolognya.
Lho kenapa?
Karena tidak pernah mempelajari bahwa anak-anak berkebutuhan khusus (termasuk anak yang terlambat bicara) ya gak boleh dihantam kromo total skor IQ, tetapi setiap subsub tes nya harus diinterpretasi secara hati-hati. Salah salah ia bisa masuk kelas anak-anak yang memang mental retarded di SLB gara-gara kesimpulan psikolog yang lamban belajar tadi. Tentu saja ini akan membahayakan nasib si anak di kemudian hari.


Anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara dengan sendirinya Iq verbalnya akan rendah bila dibandingkan dengan IQ performansnya. Tapi bukan berarti ia anak yang lamban belajar. Lho anaknya cerdas hanya saja terlambat perkembangan bicara.

Artinya kurikulum ilmu psikologi memang dituntut untuk di perbaiki.
Sebab saat ini, semua anak berkebutuhan khusus memang perlu dipantau perkembangan inteligensinya, maksudnya untuk melihat faktor kuat dan faktor lemah.

Lha nanti kalau semua anak cerdas yang terlambat bicara diberi label : LAMBAN BELAJAR..... siapa yang harus menanggung nasib si anak di kemudian hari? Apakah psikolog yang sudah salah total memberi kesimpulan dan saran?

Foto di atas bukan anak terlambat bicara lho ya...mereka anak anak tanpa masalah.

....


 

 

Jumat, Oktober 17, 2008

Tumbuh kembang anak yang gak tumbuh-tumbuh


Tumbuh kembang anak yang gak tumbuh-tumbuh

Dalam diskusi tentang anak-anak terlambat bicara, pasti kita akan masuk dalam bahasan pola tumbuh kembang anak.
Dalam membahas tumbuh kembang anak-anak terlambat bicara ini, karena ia mengalami perkembangan yang tidak sinkron, maka seringkali kita harus kembali melihat pola normalnya, atau patokan normalnya. Sebab ternyata, di banyak aspek perkembangannya tidak mengikuti patokan perkembangan normal seorang anak. Hal ini bila dibandingkan dengan teman sebaya di kelompok bermainnya, atau di TK nya, bahkan teman sekelas di sekolah dasar.

Berbagai aspek yang bisa ikut-ikutan melenceng itu adalah:
- perkembangan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus
- perkembangan kemandirian
- perkembangan emosi sosial
- perkembangan bersosialisasi

Tetapi pembahasan selalu saja macet cet cet cet…. Karena anak-anak yang kita bahas adalah anak Indonesia yang:
- gak pernah ada pemantauan rutin jadi gak ada catatan sejarah perkembangan anak
- gak ada patokan normal buat anak Indonesia
- jika pun ibunya punya catatan sendiri semacam diary sering dianggap bias oleh pihak-pihak profesi yang seharusnya menyantuninya

Anak-anak Indonesia persis kayak anak-anak yang hidup di hutan belantara. Hoe zo…..kalau begini terus, sampai kapan? Padahal di seluruh dunia (kecuali negara berkembang dan negara terbelakang), semua anak balita mendapatkan pemantauan tumbuh kembang secara rutin di semua aspek tumbuh kembangnya. Gak cuma tinggi badan dan berat badan thok macam kita di Indonesia. Yang melakukan juga dokter tumbuh kembang yang community based, bukan spesialis anak khusus tumbuh kembang yang cuma ada di rumah-rumah sakit kayak di Indonesia.

....


 

 

Kamis, Oktober 02, 2008

Genetik sebagai faktor predisposisi autisme? BOHONG!

Genetik sebagai faktor predisposisi pada autisme? Bohong!

Banyak publikasi di Indonesia yang mengatakan bahwa faktor genetik pada autisme merupakan faktor predisposisi terjadinya autisme. Artinya jika disebut sebagai factor predisposisi, maka ada faktor lain yang akan bekerja sebagai faktor pencetus, yaitu faktor lingkungan.

Faktor predisposisi (genetik) + lingkungan --> autisme


Dalam berbagai publikasi bebas di tanah air kita ini dijelaskan factor pencetus itu dapat terjadi saat:
- masih di dalam kandungan
- sesudah dilahirkan

Apa faktor pencetusnya? Disebutkan bahwa vaksin, logam berat, lingkungan yang penuh polutan, virus, makanan tertentu, dlsb dlsb akan bekerja sebagai pencetus terjadinya autisme pada anak yang mempunyai kerentanan genetik .
Gara-gara pemahaman ini lalu para penyandang autisme diberi treatment segala macam, menghindari hal-hal yang diperkirakan bisa menyebabkan autisme sebagai akibat kerentanan tadi. Selain detoksifikasi, juga diet segala macam, serta menghindari segala macam yang dituding bia sebagai pencetus.


Nah…nah…publikasi seperti ini jelas BOHONG SEKALI.
Lho kok bohong? Lha ya bohong, sebab sampai saat ini BELUM ADA orang yang berhasil membuktikan bahwa genetik sebagai faktor predisposisi.

Kalau kita bisa mengatakan bahwa genetik sebaga faktor predisposisi, maka para peneliti sudah bisa menemukan gen-gen seperti apa yang rentan - yang kelak jika terkena lingkungan yang dapat berperan sebagai pencetus, maka terjadilah autisme itu.

Kalau sudah tahu, enak, tinggal tes genetika, DNA nya ketahuan, bahwa seseorang (bayi-bayi yang baru lahir) bahkan masih di perut sekalipun, bisa dites apakah ia gen nya rentan.

Sampai sekarang TIDAK BISA.
Ada yang bisa menyajikan atau mengirim hasil penelitiannya? Silahkan kirim disini kita bahas ramai ramai, dimana dalam penelitian genetika itu, orang-orang yang menyandang gen-gen tertentu mempunyai kerentanan dapat mengalami autisme…. Sebutkan deh..

Hingga saat ini penelitian genetika yang sudah terlihat siknifikannya adalah bahwa penyebab autisme kemungkinan adalah memang murni faktor genetik (yang diturunkan), bukan genetik sebagai faktor predisposisi. Sehingga jika seorang anak memiliki genetik autisme mau tidak mau apapun kondisi lingkungannya ia akan mengalami gangguan autisme. Tetapi penelitian ini baru dalam bentuk penelitian pada kembar identik dimana mempunyai kemungkinan terjadinya autis secara siknifikan jauh lebih tinggi dari pada anak kembar non-identik. Hal ini menunjukkan bahwa masalah autisme dipengaruhi oleh murni faktor genetik.

Dalam penelitian-penelitian genetika juga tidak pernah berhasil mendapatkan kesimpulan bahwa genetik berperan sebagai faktor predisposisi, yang artinya lingkungan mempunyai peranan besar dalam munculnya autisme pada penyandang genetik yang rentan.

Sekalipun sudah diketahui bahwa genetik mempunyai peranan besar, tetapi transmisi genetiknya belum diketahui, karena belum ada yang berhasil melihat bagaimana transmisinya.
Dan kromosom nomor berapa yang berfungsi sebagai pembawa sifat autisme juga belum bisa didapatkan. Hal ini karena autisme merupakan gangguan perkembangan majemuk yang mengenai banyak aspek perkembangan seorang anak.

Makanya sampai sekarang belum ada yang dapat melakukan pemeriksaan untuk penegakan diagnosa dengan menggunakan spesimen DNA. Autisme baru bisa ditegakkan dengan menggunakan kriteria perilaku dari DSM IV.

Juga belum dapat dengan menggunakan spesimen2 lain, seperti darah, rambut, urin, maupun faeces/tinja. Apalagi dengan penciteraan otak. Lokasi gangguan di otak juga belum diketahui.

Obatnya juga belum diketahui. Obat psikiater hanya untuk menanggulangi masalah peledakan emosi dan perilaku, tapi tidak akan menyembuhkan autisme.

Area autisme memang penuh dengan area tipu-tipuan.


....