Gifted-disinkroni

TENTANG ANAK GIFTED YANG MENGALAMI DISINKRONITAS PERKEMBANGAN - suatu kelompok gifted children - dan bukan merupakan kelompok autisme, ASD, Asperger Syndrome ataupun ADHD - namun anak-anak ini sering mengalami salah terdiagnosa menjadi kelompok anak autisme ringan, ASD, Asperger Syndrom ataupun ADHD

Senin, Agustus 25, 2008

VISUAL LEARNER TAK SAMA DENGAN VISUAL SPATIAL LEARNER

VISUAL LEARNER TAK SAMA DENGAN VISUAL SPATIAL LEARNER


Setiap anak yang dilahirkan adalah seorang visual learner, kelak saat di usianya yang ke 5 - 6 tahun masing-masing akan membawa pola perkembangannya masing-masing. Ada yang menjadi visual-auditive learner (40 %), sebagiannya lagi menjadi auditive learner (30 %) dan sisanya menjadi visual learner (30 %).

Tetapi istilah visual spatial learner sendiri agak berbeda dengan visual learner itu sendiri. Sebab kata-kata spatial di antara visual learner itu akan mengacu bahwa anak itu mempunyai cognitive style kuat bukan saja berkemampuan visual learner, tetapi juga kemampuan spatial yang kuat.

Kemampuan Spatial maksudnya kemampuan pandang ruang atau kemampuan dimensi, yang mempunyai fungsi dalam mengkira-kira jarak, melihat secara perfektif, melakukan analisa, melakukan pemecahan masalah, dan matematika. Visual spatial learner biasanya dimiliki oleh anak-anak gifted tertentu. Tidak semua gifted akan menjadi gifted visual spatial learner. Sebagiannya juga adalah anak-anak yang mempunyai perkembangan harmonis antara perkembangan auditive learner maupun visual learner.

Sedang visual learner saja adalah cognitive style (gaya belajar) seseorang yang mengutamakan kemampuan pencandraan melalui matanya.
Jika ia tak diikuti dengan perkembangan dimensi yang baik, maka jadilah ia visual learner sejati. Misalnya anak-anak penyandang autisme dan anak-anak penyandang Non-verbal Learning Disorder (NLD).

....


 

 

Minggu, Agustus 24, 2008

E-book: Pedoman Gangguan dan Kesulitan Belajar

E-book: Pedoman Gangguan dan Kesulitan Belajar

Anda bisa mendonlod buku elektronik yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, Buku Pedoman Untuk Guru dan Orang Tua tentang Gangguan dan Kesulitan Belajar, deteksi, diagnosa, dan penanganannya di sekolah dan di rumah.
Ditulis oleh
Julia Maria van Tiel & DR Endang Widyorini (psikolog).


Lihat
DISINI
Upayakan menyusurinya hingga bagian bawah dan klik item File yang ada.

Selamat menmanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

....


 

 

Kamis, Agustus 07, 2008

Penyandang Learning Disabilities umumnya orang jenius?

Penyandang Learning Disabilities umumnya orang jenius?

Kubaca dimana-mana yang menghubungkan kejeniusan dengan learning disabilities. Hoe zo…. Anak penyandang learning disabilities (LD) kok didakwa jenius. Ho iya, karena contohnya orang-orang jenius dan terkenal seperti Einstein, Leonardo Da Vinsi, bintang2 terkenal Woppy Goldberg, Tom Cruise…
Eee…ya engga dong.
Sebab istilah LD hanya dikenakan pada manusia dengan inteligensia normal hingga tinggi. Jadi jangan hanya yang brinteligensia tinggi saja yang digunakan sebagai contoh, nanti orang akan mengira bahwa semua penyandang LD adalah orang jenius. Atau sebaliknya orang jenius adalah penyandang LD, ya engga dong.

Sekalipun LD hanya dikenakan pada orang berinteligensia normal hingga tinggi, tetapi ada penyandang LD yang parah sekali, untungnya penyandangnya hanya sedikit, penyandang seperti ini sering disebut sebagai NLD (Nonverbal Learning Disabilities), karena selain ia mengalami LD ia juga mengalami gangguan kemampuan non-verbal (kemampuan berbahasa simbolik). Jadi gangguannya akan parah sekali, sekalipun IQ nya normal. Karena selain ia sulit belajar membaca, mengeja, dan menulis, ia juga kesulitan bercerita secara runtut, tak tahu bagaimana menjelaskan suatu ruang, kesulitan terhadap waktu dan jarak, dan yang jelas kesulitan berhitung. Menggambar juga sulit. Jika dilakukan tes IQ, profilnya akan menunjukkan deskrepansi (njomplang) antara kemampuan verbal dan kemampuan performans. IQ verbal lebihtinggi daripada IQ performans. Bedanya bisa melebihi 40 poin.

Kelompok lain yang juga parah, adalah sekalipun ia ber IQ normal, tapi susah tak bisa berhitung karena mengalami gangguan kemampuan dimensi.

Yang lain lagi, sudah kesulitan berhitung, dia juga kesulitan membaca.

Jika kebetulan ada anak dengan IQ luar biasa tapi kesulitan membaca, ya jangan jadi contoh. Sebab LD itu selain ada tipe-tipenya dan ada banyak subtipenya…

LD adalah gangguan neurologis, biasanya genetik. Jadi tak usah pasang-pasang slogan: mengasah mutiara….. Yang bisa dilakukan adalah menerima keadaannya, memberikan strategi mensiasati agar ia mampu menyandang kekurangannya, berikan kesempatan mengembangkan bakat dan minatnya, dan memberikan kompensasi serta toleransi baginya.

....


 

 

Minggu, Agustus 03, 2008

Masalah belajar diterapi Sensori Integrasi

Masalah belajar diterapi Sensori Integrasi

Banyak cerita melayang dalam diskusi, dimana si ibu menjelaskan anaknya mempunyai IQ tinggi tapi prestasinya tidak ada. Diperiksa psikolog dapat anjuran terapi. Terapinya dicari kemana-mana. Antara lain ada yang mendapat anjuran Terapi Sensori Integrasi & Okupasi. Hoe zo…. Tidak berprestasi kok terapinya Sensori Integrasi?

Kucari-cari mengapa ada gejala di lapangan di Indonesia ada anak tidak berprestasi kok diterapi Sensori Integrasi? Padahal ya diperiksa dulu dong mengapa si anak tidak berprestasi.
Hal itu merupakah Masalah Belajar (Learning Problem) yang dapat disebabkan karena dua hal:
1. Gangguan belajar (masalah belajar primer) biasa disebut Learning Disabilities. Penyebabnya neurologis (di otak) dan genetik. Yang terganggu adalah pusat pemrosesan informasi auditif dan visual. Sehingga si anak mengalami gangguan fonologis sebagai akibat gangguan persepsi auditif dan atau gangguan persepsi visual sebagai akibat gangguan persepsi visual. Bila gangguan persepsi visual diikuti dengan gangguan pandang ruang namanya menjadi gangguan persepsi visuo-spasial. Si anak mengalami gangguan membaca (disleksia), menulis (disgrafia), berhitung (diskalkulia). Gangguan belajar ini hanya dikenakan pada anak berinteligensia normal – tinggi.
2. Kesulitan belajar (masalah belajar sekunder) biasa disebut Learning Difficulties. Penyebabnya bisa dibagi dua:
- lingkungan (metoda belajar tidak cocok, pengasuhan kurang baik, pengaruh budaya)
- dalam diri anak karena menyandang bermacam gangguan: IQ rendah, gangguan perkembangan, gangguan bicara, autisme, ADHD, gangguan jiwa, gangguan fisik, gangguan psikologis nonkognitif (takut berlebihan, emosi), motorik dll.
Nah kalau gangguannya yang ini, maka pendekatan mengatasinya adalah masalahnya dulu. Masak langsung digebuki pakai Sensory Integration Therapy dan Okupasi.

Masalah belajar, seharusnya adalah area kelompok orthopedagog (ahli kependidikan berkekhususan) tetapi kok sekarang banyak betul berdiri klinik gangguan perkembangan dan gangguan belajar, yang menyajikan tawaran terapinya melulu cuma Sensori Integration Therapy dan Okupasi untuk segala macam gangguan termasuk masalah belajar.

Rupanya kini marak teori (yang konyol) bahwa learning process adalah processing information. Memang betul, bahwa learning disabilities adalah masalah gangguan pemrosesan informasi di otak, yang mana info yang masuk itu melalui mata dan telinga yang diteruskan oleh persyarafan ke otak, disanalah informasi itu akan diintegrasikan dan diproses. Tetapi learning process sendiri bukan cuma melulu pemrosesan informasi, masih banyak hal-hal lain baik di dalam area kognitif maupun non kognitif yang berperanan. Jadi maraknya penggunaan teori sepotong lalu diaplikasikan secara over-overan bisa menyebabkan misleading masyarakat pengguna jasa (baca buku: Kleine Ontwikkelingpsychologie dari Rita Kohnstamm tahun 1994). Rita K menjelaskan sudah lebih dari 10 tahun yang lalu, tetapi gejala ini baru muncul di Indonesia tahun-tahun terakhir ini. Teori ini munculnya dari Amerika. Kalau menggoogle dengan kata kunci Sensory Integration Therapy Learning Disabilities banyak deh tuh website yang nongol menawarkan terapi ini. Bukan cuma buat learning disabilities, tapi buat segala macam, artinya terapi ini bisa dipakai buat diagnose ombyokan.

Terapi ini pada dasarnya adalah melakukan terapi gerak atau senso-motor (mottoric patterning) yang disebutnya sebagai terapi okupasi yang diharapkan dapat memperbaiki gangguan di otak tadi.
Untuk menjelaskan ini ada buku namanya Zijdeling (belahan otak/hemisphere) yang ditulis oleh DJ Bakker tahun 1985. DJ Bakker adalah seseorang yang mengajukan teori bahwa learning disabilities dibagi dua tipe, yaitu tipe perceptual (gangguan pemrosesan informasi melalui mata) dan tipe linguistic ( gangguan informasi melalui auditory). Lalu pada saat itu di tahun 60-70 an ada pendapat bahwa melalui motoric patterning struktur otak bisa diperbaiki. Dengan memperbaiki motorik dan sensorik, dengan begitu input yang masuk otak juga akan baik, akhirnya pemrosesan juga akan baik. Pemrosesan baik ini adalah karena adanya perbaikan melalui motoric patterning tadi (dasar inilah yang kemudian dipakai oleh Doman Delacato maupun Jean Ayers pencetus Sensory Integration therapy).

DJ Bakker seorang guru besar neuropsikologi Belanda beserta stafnya membuat eksperimen. Kalau seorang anak bergangguan belajar tipe L (yang dalam teori neurologi artinya ada gangguano tak sebelah kiri) maka tubuh bagian kanan digerak-gerakkan (mengikuti teori kontralateral belahan otak). Jika tipe P, maka yang digerak gerakkan badan sebelah kiri. Pada tahun-tahun itu orang sedang gandrung melakukan berbagai kegiatan untuk menyesimbangan otak (karena diketahui ternyata berbagai gangguan karena adanya gangguan pada sistem belahan otak).
DJ Bakker dkk sudah melatih banyak anak (seratusan) dengan kontrol grup. Anak itu tangan kiri atau kananya diikat sedang yg lain disuruh gerak-gerak. Sesudah diexperimen puluhan kali, jebul hasilnya gak ada. Lalu percobaannya dilakukan dibanyak negara sebagai penelitian replikasi, hasilnya sama juga.
Artinya, struktur otak maupun kerja otak gak bisa dipengaruhi dari luar melalui upaya terapi gerak (mottoric patterning).
Lho kok di Indonesia dikerjakan? Ketinggalan info kali? Karena sekarang sudah banyak position papernya. Atau sengaja, wong gampangan, tapi menghasilkan duit banyak…


....