Cerdas Istimewa atau Autisme Asperger?
Autisme kelompok Asperger sering juga disebut sebagai Asperger Syndrome, asal kata dari nama Dr Hans Asperger, seorang dokter anak dari Austria. Dr Hans Asperger mengemukakan tentang gejala anak-anak autisme kelompok ini di tahun 1944. Karena artikelnya dalam bahasa Jerman, barulah pada tahun 1981 dikenal secara internasional setelah Lorna Wing dari Inggris membawanya dalam kongres Autisme dengan bahasa Inggris. Hans Asperger menggambarkan pasien-pasiennya itu adalah anak-anak dengan usia 6 – 12 tahun, tidak mengalami keterlambatan bicara, sangat pandai, tetapi sangat sulit mengikuti pelajaran, dan sangat eksentrik. Hans Asperger menyebut kelompok anak-anak ini dengan nama autistic psychopatic. Tetapi sebutan ini oleh Lorna Wing diganti dengan nama Asperger Syndrome, karena ada kelompok lain yang dikemukakan oleh Kanner dari Amerika di tahun 1943 yang disebut sebagai infantil autism atau autisme masa kanak. Autisme kelompok Dr Kanner ini diketahui 80 persennya mengalami gangguan perkembangan inteligensi yang parah. Sisanya mempunyai inteligensi yang normal namun mengalami gangguan di beberapa area inteligensi yaitu mengalami keterbatasan dalam kemampuan analisa, sintesa, kemampuan abstraksi, dan pemecahan masalah.
Autisme adalah gangguan perkembangan majemuk, yaitu gangguannya dapat mengenai beragam aspek perkembangan seorang anak. Gangguannya tidak hanya menyangkut jumlah berapa aspek yang terkena (secara kuantitatif) tetapi juga beratnya aspek yang terkena (kualitatif). Karena itu gangguan autisme dari satu anak ke anak lain mempunyai gambaran yang beragam. Aspek perkembangan yang terganggu itu adalah gangguan komunikasi (verbal dan non-verbal), interaksi sosial, dan gangguan perilaku (perilakunya repetitif dan stereotipik atau diulang-ulang dengan pola yang sama). Karena begitu beragamnya dan gejalanya berubah bersamaan dengan berjalannya usia, orang menjadi sering kesulitan membaginya secara tegas dalam kelompoknya masing-masing, kemudian orang menyebut semua kelompok autisme itu dengan nama Autism Spectrum Disorder (ASD).
Pada kelompok masa kanak dari Dr Kanner, adalah anak-anak autisme yang mengalami keterlambatan bicara, sebagian besarnya mengalami gangguan inteligensi yang parah, sedang sisanya mempunyai inteligensi yang baik dan dapat berfungsi relatif lebih baik daripada yang mempunyai inteligensi yang parah. Karena itu kelompok yang mempunyai fungsi lebih baik ini disebut sebagai kelompok autisme yang berfungsi tinggi. Sedang dari kelompok itu juga ada anak-anak autisme yang jika dilihat melalui kriteria autisme dari DSM IV, ia tidak memenuhi seluruh kriteria yang tersedia, namun mempunyai batas minimal sejumlah kriteria[1] (lihat buku Gangguan Majemuk Autisme PDDNOS, dari Dir. PSLB). Kelompok ini disebut autisme tidak khas atau tidak spesifik yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai PDD-NOS (Pevasive Development – Not Otherwised Specified). Sedang yang memenuhi kriteria autisme tadi disebut sebagai kelompok autisme klasik.
Kelompok autisme Asperger sendiri dalam DSM IV dikelompokkan tersendiri di bawah payung PDD (Pervasive Development Disorder) bersama kelompok yang lain yaitu: Autistic disorder, Asperger’s Disorder, PDD-NOS, Rett’s Disorder, dan Child Integrative Disorder. Ketiga pertama tadi (Autistic Disorder, Asperger’s Disorder, dan PDD-NOS) dijadikan sebuah spectrum bernama Autistic Spectrum Disorder.
Jadi jika kita mendapatkan anak kita dengan diagnosa ASD, artinya kita tidak tahu kelompok anak kita adalah kelompok anak yang mana. Karena ASD merupakan spectrum yang panjang dengan gejala autistik dari yang ringan hingga yang parah. Dengan gangguan yang paling sedikit (dalam batasan diagnosa autisme) pada aspek perkembangannya hingga yang paling banyak. Dari yang mempunyai gangguan perkembangan kognitif yang ringan hingga yang parah.
Sekalipun ada yang mengatakan bahwa kelompok PDD-NOS ataupun Asperger Syndrome adalah kelompok yang mempunyai gangguan yang ringan (bila dibandingkan dengan anggota kelompok PDD lainnya), tetap anak-anak ini mempunyai gangguan perkembangan yang terbilang parah jika dibandingkan dengan kelompok anak normal. Karena ia menyangkut banyak aspek perkembangan yang sifatnya menetap seumur hidup. Karena itu dikatakan bahwa gangguan autisme mempunyai prognosa atau perkiraan ke depan yang kurang menguntungkan dan memerlukan pendampingan terus menerus. Walaupun begitu kelompok Asperger dan PDD-NOS mempunyai prognosa yang lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok autisme klasik.
Asperger syndrome sendiri, merupakan salah satu kelompok yang dalam DSM IV dinyatakan sebagai kelompok yang tidak mengalami keterlambatan bicara, dan mempunyai inteligensi yang baik, normal hingga tinggi. Peter Vemuelen (2002) seorang ahli pendidikan anak berkekhususan dari Belgia dalam penelitiannya mendapatkan bahwa pada umumnya anak-anak autisme yang mempunyai inteligensi tinggi ini terdeteksi lebih terlambat bila dibandingkan dengan kelompok anak autisme klasik maupun PDD-NOS. Hal ini disebabkan karena kelompok Asperger Syndrome tidak mengalami keterlambatan bicara. Bahkan saat ia masih kecil seringkali disangka ia seorang anak cerdas istimewa karena sangat mudah menerima instruksi dan pandai. Namun dalam perjalanan sekolahnya saat sudah masuk ke sekolah dasar ia mengalami kesulitan karena keterbatasannya dalam kemampuan kreativitas, imajianasi dan fantasi, abstraksi, serta kemampuan pemecahan masalah.
Kelompok Asperger memang mempunyai keluarbiasaan tersendiri, banyak diantaranya yang mampu sampai jenjang universitas, bahkan menjadi doktor. Namun mempunyai bidang minatan yang sempit, dan sifatnya hanya mengkopi, menerima ilmu, menyimpannya, dan menampilkannya kembali. Jika mengamati hasil tes inteligensianya, akan nampak bahwa ia akan mendapatkan skor pada subtes informasi dalam verbal IQ yang sangat tinggi, tetapi kurang dalam kemampuan analisis.
Webb dkk (2005) menjelaskan bahwa pada dasarnya penyandang Asperger yang mempunyai kemampuan dan inteligensi yang tinggi mempunyai kesamaan dengan kelompok cerdas istimewa (gifted children), yaitu :
- Kedua kelompok (Asperger dan cerdas istimewa) sama-sama mempunyai memori luar biasa dan kemampuan bicara yang baik;
- mereka juga sama-sama selalu menanyakan sesuatu secara terus menerus;
- mereka membicarakan suatu bidang yang intelektual, dan sejak kecil mereka sudah mulai melakukannya;
- mereka sangat cepat menerima sesuatu yang diminatinya, selalu mencari tentang fakta-fakta dan pengetahuan tentang apa yang menjadi minatnya itu, sekalipun demikian seorang penyandang Asperger tidak membuat hubungan dengan makna yang ada dalam fakta dan pengetahuan itu;
- kedua kelompok sangat menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan, sekalipun pada Asperger hal itu lebih kepada hal yang menurutnya logik daripada sesuatu yang menyangkut pada masalah yang emosional;
- kedua kelompok baik kelompok Asperger maupun kelompok cerdas istimewa mempunyai masalah konsentrasi karena mereka hanya ingin terfokus pada apa yang memang mereka ingin fokuskan sehingga diluar itu mereka mengalami kesulitan berkonsentrasi;
- kedua kelompok sama-sama mempunyai rasa humor yang datar/halus, mudah terangsang dengan stimulus (misalnya suara), tekstur, cahaya, bau-bauan, dan rasa;
- kedua kelompok sering dipandang oleh orang lain sebagai anak yang sangat halus, rentan, sensitif, dan berbeda;
- keduanya mempunyai pola perkembangan yang asinkroni (pada kelompok Asperger kondisi asinkroninya akan sangat ekstrim nampak pada perilakunya yang lebih aneh dan lebih bagai potongan puzzle yang tidak tahu dimana tempat yang pas baginya) ;
- keduanya mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan model pendidikan konvensional;
- keduanya mempunyai masalah pada ketrampilan sosial, merasa tidak nyaman di tengah orang banyak;
- keduanya mempunyai kepribadian yang menarik diri.
Sekalipun ada persamaannya namun juga ada perbedaannya. Jika kita mencari-cari persamaannya kita akan menemukan persamaannya yang luar biasa banyak. Namun agar kita tepat memberikan pendidikannya, pengasuhan, dan intervensinya, perlu dilihat apa saja perbedaannya. Dalam hal ini Webb dkk (2005) juga memberikan acuannya.
Sebetulnya memang akan sangat sulit melihat perbedaan antara keduanya, sebab persamaannya memang banyak. Apalagi baik anak cerdas istimewa maupun anak Aspeger seringkali juga diikuti dengan gejala-gejala gangguan lainnya, seperti ADHD dan OCD (Obsessive Compulsive Disorder), yang menyebabkan penegakan diagnosa menjadi semakin sulit. Sekalipun demikian, kita tetap perlu mengingat bahwa perkembangan seorang anak cerdas istimewa yang secara alamiah memang mengalami perkembangan yang tidak sinkron, dapat menyebabkan pola perilaku yang sering dipandang aneh, tidak sebagaimana anak normal. Namun pola perkembangan yang aneh ini pada anak-anak cerdas istimewa akan mengalami normalisasi perkembangan saat menjelang pubertas. Sementara itu pada kelompok Asperger akan mengalami gangguan yang kronis, terus menerus dan akan dibawanya hingga dewasa dan tua.
Dalam hal ini sangat penting artinya untuk meletakkan diagnosa yang tepat, sebab jika seorang penyandang Asperger hanya dianggap sebagai anak cerdas istimewa yang aneh dan terlalu sensitif, maka ia artinya tidak akan mendapatkan terapi yang tepat bagi masalah gangguan autismenya. Sebaliknya, jika seorang anak cerdas istimewa mendapatkan diagnosa Asperger, maka ia akan mendapatkan salah penempatan dalam pendidikannya, disamping juga mendapatkan berbagai terapi autisme yang sebetulnya tidak dibutuhkannya.
Nasihat Webb dkk (2005) ada dua kunci yang terpenting bagaimana agar kita dapat membedakan antara Asperger dan cerdas istimewa:
1. Amati dan lakukan pemeriksaan dengan teliti pada perilaku anak saat mana ia melakukan berbagi ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada teman-teman sebayanya.
Seorang anak cerdas istimewa pada dasarnya mempunyai intuisi yang tajam terhadap situsai sosial dan selalu ingin tahu apakah orang lain melihat dirinya atau tidak; sedang pada anak dengan Asperger Syndrome tidak mempunyai intuisi seperti ini. Secara umum dapat dikatakan bahwa seorang anak cerdas istimewa selalu sadar bahwa dirinya berada di tengah orang banyak dan sering justru mengalami stress jika ia tidak mampu menyesuaikan diri di tengah orang banyak. Ia sangat sensitif terhadap bagaimana pandangan orang lain. Anak cerdas istimewa bila mendapatkan teman yang seichwan, ia dapat berkomunikasi dengan baik dan akan terjadi komunikasi timbal balik yang bisa berisi muatan nuansa empathi dan emosi.
Kenyataan di lapangan juga sering terjadi bahwa anak-anak cerdas istimewa yang mempunyai kepribadian menarik diri, seringkali menerima diagnosa sebagai penyandang autisme Asperger. Bukan berarti bahwa jika didapati seorang anak yang menarik diri dan mengalami kesulitan bersosialisasi artinya ia adalah penyandang autisme. Sebab gangguan bersosialisasi dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada autisme gangguan bersosialisasi pada dasarnya disebabkan karena adanya gangguan atau keterbatasan pada emosi sosial dan keterbatasan kemampuan memahami bahasa mimik.
Dalam pendidikan, kesulitan anak autisme Asperger lebih disebabkan karena keterbatasannya dalam kemampuan kreativitas, kemampuan berpikir analisa dan pemecahan masalah, hal-hal yang abstrak, serta kemampuan berfantasi dan imajinasi. Hal itu jugalah yang menyebabkan keterbatasan pada pengembangan bidang minatannya. Dengan kata lain, bidang minatannya sangat sempit. Dalam situasi sosial ia juga sangat kesulitan dalam situasi yang tak terstruktur seperti misalnya di lapangan bermain saat keluar main, di mana di lapangan segala hal dapat saja terjadi tanpa diduga.
Apabila kita mendapatkan anak kita mempunyai gejala-gejala yang tidak cocok sebaliknya sebagiannya juga cocok dengan baik gejala anak cerdas istimewa, dan juga penyandang Asperger, maka hal ini perlu diadakan pengamatan yang dalam, secara multidisiplin dalam berbagai bidang keilmuan terutama neurologi, psikatri psikologi, dan oryhopedagogi. Diharapkan semua profesi juga memahami masalah baik pada anak cerdas istimewa maupun pada anak autisme. Dalam hal ini bila mendapatkan anak dengan diagnosa Asperger dan kita ragu-ragu akan diagnosa tersebut, Web dkk (2005) juga memberikan beberapa beberapa butir dalam daftar di bawah ini (gejala di bawah ini adalah gejala untuk seorang anak cerdas istimewa):
- Menunjukkan adanya kemampuan hubungan interpersonal pada saat ia berbagi bidang minatnya.
- Mempunyai pengetahuan yang sangat dalam dan intensif dalam bidang yang diminatinya, tetapi tanpa perilaku yang berkaitan dengan Asperger.
- Akan sangat tertarik pada ide-ide yang abstrak, dalam situasi tak terstruktur, dan mampu membangun ide-ide yang inovatif.
- Mempunyai gerakan-gerakan yang atipikal namun dalam kontrol dan kesadaran
- Mempunyai gerakan yang aneh yang lebih disebabkan karena stress atau pelepasan enerji.
- Tidak mempunyai gangguan motorik.
- Mempunyai intuisi untuk membangun kontak emosi dengan orang lain dan kontak interpersonal dengan orang lain.
- Mempunyai emosi yang sesuai dengan topik pembicaraan.
- Dapat menunjukkan empathi dan simpathi dalam berbagai situasi.
- Gaya bicara dan humornya seringkali lebih mirip orang dewasa.
- Memahami humor dan menggunakan humor dalam situasi sosial secara timbal balik, bukan hanya humor sepihak saja, bermain kata, dan searah.
- Mempunyai kesadaran akan dirinya, dan sangat memahami apa akibat dari perilakunya terhadap orang lain bagi dirinya sendiri.
- Sadar bila diamati orang lain, dan tahu bagaimana perilaku akan memberikan efek -- Dapat mentoleransi bila tiba-tiba ada perubahan, atau bersikap pasif terhadap perubahan itu.
- Bisa memahami makna bahasa kiasan.
- Mengalami kesulitan perhatian bila suatu ide datang dari orang lain, daripada bila datangnya dari pikirannya sendiri.
Bacaan:
Webb,JT; Armend,ER; Webb,NE;Goerss,J; Beljan,P; Olenchak,FR (2005): Misdiagnois and Dual Diagnosis of Gifted Children and Adults, Great Potential Pers,inc., Scottsdale, Arizona.
[1] Artinya tidak semua anak yang mempunyai beberapa ciri autisme kemudian disebut sebagai PDDNOS, terutama pada kemampuan komunikasi yang non-verbal.
[2] Gerakan atipikal atau kegiatan yang berulang-ulang pada anak gifted seringkali merupakan gerakan mencoba-coba – seringkali salah diinterpretasi sebagai gerakan stereotipik dan repetitif pada autisme.