Kalau Yayasan Autisme Indonesia Berkomentar
Di bawah ini adalah tanya jawab masyarakat kepada pengasuh Yayasan Autisme Indonesia, yang berkomentar tentang saya dan kegiatan saya. Komentar terhadap diskusi di bawah ini dapat juga dibaca di: Multiply ini
Bagaimana komentar anda?
Julia Maria
NB : Entong anakku gak pernah pakai obat-obatan, megadosis vitamin maupun food supplement, apalagi mengikuti terapi autisme, tetapi tahun ajaran 2008 y.a.d. sudah akan masuk sekolah lanjutan khusus (gymnasium) untuk anak-anak gifted, dengan prestasi sekolah yang sangat baik dan perkembangan bahasa serta sosial emosional yang juga sangat baik. Tak pernah ada diagnotician apapun yang memberinya diagnosa autisme ataupun ADHD, kenapa saya harus mengakui sesuatu yang tidak ada?
Jika ada symptom yang mirip bukan berarti kemudian anak-anak gifted ini perlu terapi autisme, karena memang neurobiologi nya berbeda. Ia adalah differential diagnosa (diagnosa pembandingnya). Dan membutuhkan penanganan yang berbeda, sekaligus ke dua arah baik faktor kuatnya sebagai anak gifted, dan juga masalah disinkronitas perkembangannya.
Di negara-negara yang standar mediknya baik, diagnosa gak mungkin bisa ngarang-ngarang sendiri, karena kelak kaitannya dengan banyak hal: yaitu funding service di sekolahnya, program sekolahnya, program layanan khususnya ( seperti speech therapy, terapi gerak, remedial teaching), asuransi, dan berbagai subsidi lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah.....---------------------------------------
---------------------------------------
patokan dignosa
T: kenapa kita terkadang terpatok pada satu diagnosa?ketika kitamenemukan beberapa indikasi kita langsung mengatakan bahwa anak inimenjadi anak autis atau yang lain.kenapa saya tanyakan ini karenakemarin saya baru baca buku "anakku telat berbicara' pengalamannyata seorang ibu (tinggal di belanda) yang anaknya ternyata Giftedyang pada mulanya terindikasi sama dengan diagnosis autis. ternyatadibutukan banyak ahli untuk menentukan hal itu.Kapan Indonesia dapat memberikan perhatian lebih kepada anak-anak berkebutuhan khusus karena kesalahan diagnosa akan memberikan suatu beban tersendiri bagi anak-anak berkebuthan khusus dan orangtuanya dalam menghadapi masa depannya.
desi tri cahyani - purwokerto
J: Untuk bisa melakukan diagnosa bahwa seorang anak itu menderitagangguan perkembangan seperti autistik,ADHD, maupun terlambat bicara ada kriteria diagnostik tersendiri.Bukunya tebal dan dipakai sebagai panduan oleh semua dokter diseluruh dunia. Jadi tidaklah benar kalau dikatakan bahwa dokter2di Indonesia kurang bisa mendiagnosa/ menangani anak autistik.
Gifted ? Memang anak autistik banyak yang gifted !Dan kemungkinan besar itulah yang terjadi pada anak di Holland tersebut yang ibunya tidak mau mengakui bahwa anaknya mempunyaiciri2 autistik.Penulis buku tersebut pernah datang ke Indonesia, bertemu denganbeberapa orang tua anak autistik, dan setelah melihat anak2nyasekilas, mengatakan bahwa anak2nya salah diagnosa, tidak autistiktapi gifted.Hal tersebut membuat heboh, tentu saja ibu2 tersebut senang bahwaanaknya ternyata bukan autis tapi gifted.Tapi dengan berlalunya waktu mereka menyadari bahwa mereka telahterkecoh, karena anak2nya setelah berhenti terapi autis(karenagifted) gejala2 autisnya jadi berat lagi.
http://www.autisme.or.id/konsultasi/konsultasi.php?Id=950